TUMBUH
KASIH DISEKOLAH
Karya : Prihatin Dwi Jayanto
Cerita
ini berawal ketika Lusi masih duduk dibangku kelas satu SMA. Setiap hari dia
berangkat kesekolah pagi-pagi sekali diantar oleh ayahnya. Dia selalu sendirian
didalam ruang kelas tiap pagi karena selalu datang jauh lebih awal jika
dibandingkan dengan teman-temanya. Begitu juga dengan Wija yang juga selalu
berangkat kesekolah jauh lebih awal dari teman-temannya yang lain. Namun
sayangnya Lusi dan Wija tidak satu kelas jadi mereka selalu sendiri-sendiri.
Lambat
laun Wija mulai penasaran dengan sesosok gadis di sebelah kelasnya yang selalu
sendiri tiap pagi itu. Diapun mulai bertanya-tanya pada teman-temannya?
Siapakah gadis itu? Ketika dia bertanya pada salah satu teman Si gadis
”siapakah nama gadis itu?”, temannya menjawab, “panggil saja dia Lusi, pasti
dia nengok?”. Begitu penasarannya Wija. Ketika pelajaran terakhir telah usai,
Wija melihat gadis itu berjalan. Tak sabar untuk mengenalnya, Wija pun
memanggil”LuuuSS!!!!”, gadis itu pun menoleh kearah Wija dengan senyuman manis
dan mempesona. Wija hanya dapat termenung akan lontaran senyum yang diberikan
oleh lusi, laksana setitik mutiara ditengah lautan lepas.
Keesokan
harinya, di pagi yang cerah mereka sudah tiba sebelum siswa yang lainnya.
Keadaan sekolah masih begitu sepi, hanya ada tukang kebun yang sibuk
mengerjakan kewajibannya tiap hari. Wija meletakkan tas dibangku kelasnya,
kemudian dia keluar ruangan berjalan menuju kelas Lusi. Dari kejauhan Wija
sudah gugup bagaimana dia akan mendekati Lusi, seorang gadis yang membuat dia
penasaran. Pelan-pelan mendekati Lusi, dengan sedikit basa-basi wija menyapa
dan mencoba mengobrol sampai keduanya tak sadar bahwa jam sudah menunjukkan
pukul 7 pagi,dan bel masuk telah berbunyi. Teriakan dan suara gaduh siswa
membuat suasana kelas sangat ramai. Pelajaran pertama hampir dimulai, wijapun
pergi meninggalkan kelas lusi.
Pelajaran
telah dimulai, namun sepanjang pelajaran Wija hanya melamun saja. Kini yang ada
didalam benak pikirannya hanyalah lusi, kemana arah memandang disitu selalu ada
bayangan Lusi. Ini perasaan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Terkadang
termenung sendiri dan bertanya dalam hati, “Apakah Lusi juga merasakan seperti
apa yang dia rasakan?”. Pertanyaan itu hanya tersimpan dalam hatinya tanpa ada
jawaban sampai mereka lulus sekolah.
Setahun
mereka terpisah kearena kuliah di universitas yang berbeda hingga pada suatu hari
mereka bertemu kembali disuatu acara kegiatan di SMA. Wija terkenang akan
masa-masa SMA yang indah, perasaan yang bergejolak akan tetapi semuanya tak
sempurna karena Lusi mengganggap wija adalah sahabat dan kakak yang terbaik
semasa SMA tanpa mengetahui perasaan Wija sesungguhnya. Dalam kesempatan itu
dengan perasaan ragu Wija mengungkapkan semua isi hatinya kepada Lusi,
mendengar pernyataan dari Wija, Lusi termenung, menangis dan marah. Hanya ada
sebuah ungkapan yang keluar dari bibir manis Lusi, “JALANI SAJA APA ADANYA”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar