Total Tayangan Halaman

Senin, 05 Maret 2012

cerpen


TUMBUH KASIH DISEKOLAH
Karya : Prihatin Dwi Jayanto

Cerita ini berawal ketika Lusi masih duduk dibangku kelas satu SMA. Setiap hari dia berangkat kesekolah pagi-pagi sekali diantar oleh ayahnya. Dia selalu sendirian didalam ruang kelas tiap pagi karena selalu datang jauh lebih awal jika dibandingkan dengan teman-temanya. Begitu juga dengan Wija yang juga selalu berangkat kesekolah jauh lebih awal dari teman-temannya yang lain. Namun sayangnya Lusi dan Wija tidak satu kelas jadi mereka selalu sendiri-sendiri.  
Lambat laun Wija mulai penasaran dengan sesosok gadis di sebelah kelasnya yang selalu sendiri tiap pagi itu. Diapun mulai bertanya-tanya pada teman-temannya? Siapakah gadis itu? Ketika dia bertanya pada salah satu teman Si gadis ”siapakah nama gadis itu?”, temannya menjawab, “panggil saja dia Lusi, pasti dia nengok?”. Begitu penasarannya Wija. Ketika pelajaran terakhir telah usai, Wija melihat gadis itu berjalan. Tak sabar untuk mengenalnya, Wija pun memanggil”LuuuSS!!!!”, gadis itu pun menoleh kearah Wija dengan senyuman manis dan mempesona. Wija hanya dapat termenung akan lontaran senyum yang diberikan oleh lusi, laksana setitik mutiara ditengah lautan lepas.
Keesokan harinya, di pagi yang cerah mereka sudah tiba sebelum siswa yang lainnya. Keadaan sekolah masih begitu sepi, hanya ada tukang kebun yang sibuk mengerjakan kewajibannya tiap hari. Wija meletakkan tas dibangku kelasnya, kemudian dia keluar ruangan berjalan menuju kelas Lusi. Dari kejauhan Wija sudah gugup bagaimana dia akan mendekati Lusi, seorang gadis yang membuat dia penasaran. Pelan-pelan mendekati Lusi, dengan sedikit basa-basi wija menyapa dan mencoba mengobrol sampai keduanya tak sadar bahwa jam sudah menunjukkan pukul 7 pagi,dan bel masuk telah berbunyi. Teriakan dan suara gaduh siswa membuat suasana kelas sangat ramai. Pelajaran pertama hampir dimulai, wijapun pergi meninggalkan kelas lusi.
Pelajaran telah dimulai, namun sepanjang pelajaran Wija hanya melamun saja. Kini yang ada didalam benak pikirannya hanyalah lusi, kemana arah memandang disitu selalu ada bayangan Lusi. Ini perasaan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Terkadang termenung sendiri dan bertanya dalam hati, “Apakah Lusi juga merasakan seperti apa yang dia rasakan?”. Pertanyaan itu hanya tersimpan dalam hatinya tanpa ada jawaban sampai mereka lulus sekolah.
Setahun mereka terpisah kearena kuliah di universitas yang berbeda hingga pada suatu hari mereka bertemu kembali disuatu acara kegiatan di SMA. Wija terkenang akan masa-masa SMA yang indah, perasaan yang bergejolak akan tetapi semuanya tak sempurna karena Lusi mengganggap wija adalah sahabat dan kakak yang terbaik semasa SMA tanpa mengetahui perasaan Wija sesungguhnya. Dalam kesempatan itu dengan perasaan ragu Wija mengungkapkan semua isi hatinya kepada Lusi, mendengar pernyataan dari Wija, Lusi termenung, menangis dan marah. Hanya ada sebuah ungkapan yang keluar dari bibir manis Lusi, “JALANI SAJA APA ADANYA”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar